Akhir-akhir ini kota Tuban sering dipayungi langit kelabu. Dan biasanya tak lama kemudian turunlah rintik-rintik kecil yang dinamakan hujan. Terkadang orang-orang sering mengeluh bagaimana hujan membuat mereka terjebak di suatu tempat dan bagaimana hujan membuat penyakit-penyakit datang dan mengganggu sistem imunitas mereka.
Tapi aku suka hujan. Seperti ada jutaan bahkan milyaran kenangan indah dan menggelikan yang terbawa bersama hujan dan mampu membiaskan senyum di bibirku.
Aku suka ketika hujan membasahi taman di depan rumahku sehingga mama tak perlu repot-repot menyiramnya.
Aku suka ketika hujan membuat ujung rambutku basah ketika mereka turun tatkala aku sedang berada di luar rumah walapun pada akhirnya membuat kepalaku pening selama seharian.
Aku suka ketika hujan membasahi tanah di sekitarku. Walaupun terkadang membuatku berdecak kesal karena mengotori kaki atau pakaianku.
Aku suka ketika hujan membaurkan aroma tanah ke hidungku. Aromanya yang khas mampu membunuh penat yang menggelayuti pikiranku.
Aku suka hawa dingin yang dibawa oleh hujan setiap harinya karena aku tak perlu repot-repot menyalakan kipas angin ketika aku sedang ingin berdiam diri di kamar. Sebagai gantinya aku harus membawa selimut atau jaket agar aku tidak kedinginan.
Aku suka ketika air hujan yang luruh ke tanah mendinginkan kepala dan hatiku yang akhir-akhir ini sering dirundung emosi.
Aku suka ketika hujan megguratkan cipratan-cipratan air yang unik di jendela kamarku. Menciptakan deretan tetes air yang mampu kusentuh dari balik jendela tanpa harus membuatnya hancur.
Aku suka ketika hujan turun di sore hari yang membuatku urung berangkat les dan aku bisa menghabiskan soreku dengan tidur, sesuatu yang jarang kulakukan akhir-akhir ini karena kesibukanku.
Aku suka ketika hujan turun saat aku dijemput mama pulang sekolah karena mama akan mempercepat laju sepeda motor dari biasanya dan aku bisa lebih cepat tiba di rumah dan menyantap makan siangku.
Aku suka menangis diiringi deraian hujan karena tak ada seorang pun yang mendengarkan tangisanku sebab aku tak pernah suka menangis di depan banyak orang karena aku tak mau terlihat lemah dan rapuh di mata mereka.
Aku suka merasakan tetes-tetes hujan yang membasahi tubuhku karena mereka mampu mengembalikan senyumku dan menggelitik sisi kekanakanku yang selama ini tertutupi oleh sikapku yang selalu berpura-pura dewasa.
Aku suka hujan membuatku terdampar di sebuah ruang tak kasat mata di bawah payung pelangi kesayanganku karena aku mampu menciptakan pelangiku sendiri di sana. Sebuah pelangi yang indah, yang bisa kumiliki seorang diri.
Aku suka ketika hujan menciptakan irama-irama dinamis berupa rintikan dan terkadang berbaur dengan suara katak yang tengah bersuka cita menyambut hujan dan menciptakan orchestra alam di bawah pohon mangga di depan rumah.
Aku suka ketika hujan membuat lampu di rumahku mati karena dengan senang hati aku akan menutup buku-buku pelajaranku dan berdiam diri mengamati lilin yang dinyalakan oleh mama.
Aku suka ketika hujan turun dan membuatku harus bermain di dalam rumah bersama adikku seperti yang biasa aku lakukan ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar.
Aku suka hawa dingin yang dibawa hujan karena biasanya bapakku akan membelikanku semangkuk bakso seperti yang biasa beliau lakukan ketika beliau masih hidup.
Aku suka ketika hujan menmporak-porandakan pasangan muda-mudi yang tengah bermesraan di pinggir jalan. Bagiku itu sesuatu yang lucu.
Aku suka ketika hujan membasahi jemuran yang telat kumasukkan ke dalam rumah karena mereka keburu datang dan mampu membuat mama menggerutu sendiri karena cuciannya yang hampir kering kini basah kembali.
Aku suka ketika hujan turun dan memaksaku untuk mengetik catatan ini walaupun sebenarnya aku tidak merasa terpaksa atau keberatan sama sekali. Sebuah catatan singkat mengenai hujan dan berbagai kenanganku bersama hujan. Walaupun terkadang ada sebaris senyuman pahit yang harus menggantung di bibirku ketika aku sadar ada beberapa kenangan yang tak mungkin terulang. Seperti saat ini ketika senyum itu hadir kembali di bibirku karena kenanganku bersama bapak di kala hujan yang tak akan pernah terulang sebab bapakku kini telah tiada.
Aku suka ketika hujan membasahi tanah yang kini menjadi rumah untuk bapakku karena bapakku tidak akan kegerahan di sana.
Aku suka ketika aku harus beradu cepat tiba di rumah bersama hujan karena aku tidak mau memakai jas hujan karena jas hujan akan membuatku tampak konyol, sementara mama akan marah besar ketika tahu aku basah kuyup karena tak mau memakai jas hujan yang konyol itu.
Aku suka ketika hujan turun dengan deras sehingga aku bisa berteriak sesuka hatiku sebab suaraku akan hilang ditelan hujan dan biasanya teriakan itu membuat perasaan yang membucah mendadak lenyap, mungkin menguap di udara tau bahkan luruh bersama hujan.
Aku suka ketika hujan turun ketika aku sedang mengerjakan ulangan karena hawa dingin hujan akan membuat guruku terkantuk-kantuk dan membuatku leluasa untuk saling bertukar jawaban dengan temanku.
Aku suka ketika hawa dingin hujan membuatku terkantuk-kantuk di siang hari dan akhirnya membuatku terbenam lelap di antara tumpukan bantal dan guling di kamarku.
Aku suka ketika hujan membawa pulang kenangan-kenanganku yang berceceran bak kabel memori sehingga menjadi bisa berkumpul menjadi satu dan bisa aku buka kapan saja ketika hujan turun untuk membasahi bumiku….